Meneladani Bung Hatta, sebuah kisah sejarah tindakan dan pemikiran tokoh demokrasi Indonesia
Malang, 01/08/2024
Nawak Dispussipda, sejarah telah mencatat nama salah satu tokoh nasional Indonesia yang merupakan pendamping presiden pertama Ir Soekarno sebagai tokoh demokrasi dengan beragam karakter kuatnya. Pemikiran dan tindakan Bung Hatta, telah membangun demokrasi dan ekonomi Indonesia. Sosoknya patut diteladani. Sikap dan perilaku kehidupan keseharian dalam kata dan perbuatan selaras dengan ucapannya. Teladan berbangsa dan bernegara, taat beribadah, demokratis, pandai berorganisasi, penuh etika dan etiket, ilmuwan, ahli ekonomi, bapak koperasi, tertib, disiplin, tepat waktu, rapi bersahaja, jujur, bersih, cerdas, pemikir, tenang, konsekuen, santun. Ide koperasi yang lahir dari pengalamannya di Skandinavia dikembangkannya dan diamalkan untuk kemaslahatan sistem perekonomian nasional. Kalau sistem ekonomi nasional dijalankan sesuai dengan prinsip demokrasi ekonomi Bung Hatta, pasti kemakmuran masyarakat akan lebih merata. Sayangnya sistem ekonomi kapitalistik-neoliberalistik masih dijalankan sejak pemerintahan Orde Baru hingga sekarang.
Bung Hatta telah mempraktekkan kehidupan demokrasi dan menegakkan hak asasi manusia dalam bentuk negara Indonesia sewaktu menjadi wakil presiden pertama Republik Indonesia. Menurut Bung Hatta, demokrasi dapat berjalan baik apabila ada rasa tanggung jawab dan toleransi pada pemimpin-pemimpin politik. Sejarah Indonesia sejak proklamasi 17 Agustus 1945 menyatakan bahwa pemerintahan yang kuat di Indonesia ialah pemerintahan presidensial di bawah dwitunggal Sukarno-Hatta. Namun munculnya semangat ultrademokratis pada pemimpin-pemimpin partai mengubah sistem pemerintahan Indonesia. Akan tetapi nyatanya demokrasi semacam itu tidak sesuai dengan cita-cita perjuangan Indonesia yang menciptakan dasar-dasar perikemanusiaan dan keadilan sosial. Cita-cita demokrasi Indonesia ialah demokrasi sosial, meliputi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia.
Tiga sumber yang menghidupkan cita-cita demokrasi sosial di Indonesia. Pertama, paham sosialis Barat karena dasar-dasar perikemanusiaan yang dibelanya dan menjadi tujuannya. Kedua, ajaran Islam yang menuntut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaraan antarmanusia sebagai makhluk Tuhan, sesuai dengan sifat Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Ketiga, pengetahuan bahwa masyarakat Indonesia berdasarkan kolektivisme. Perpaduan semuanya itu akan memperkuat keyakinan bahwa bangun demokrasi yang akan menjadi dasar Pemerintah Indonesia dikemudian hari haruslah suatu perkembangan dari demokrasi asli yang berlaku di dalam desa Indonesia. Lima anasir demokrasi asli Indonesia, yaitu rapat, mufakat, gotong royong, hak untuk mengadakan protes bersama, dan hak menyingkir dari kekuasaan raja, dipuja dalam lingkungan pergerakan nasional. Itu merupakan hal penting bagi demokrasi sosial, yang akan dijadikan dasar bagi pemerintahan Indonesia merdeka di masa yang akan datang.
Pemikiran dan keteladanan Bung Hatta masih sangat relevan bagi Indonesia masa kini, meskipun telah berlalu puluhan tahun sejak masa kepemimpinan beliau. Gagasan beliau tentang demokrasi sosial, yang berpijak pada nilai-nilai luhur budaya lokal namun tetap terbuka terhadap wawasan global, dapat menjadi pedoman yang berharga dalam menghadapi berbagai tantangan berbangsa dan bernegara di era modern. Warisan intelektual dan moral yang ditinggalkan oleh Bung Hatta senantiasa menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai bagi generasi saat ini dan generasi mendatang dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih demokratis dan sejahtera.
Nawak Dispussipda, mari kita memperkaya wawasan dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur bangsa dengan membaca buku berjudul “Keteladanan Bung Hatta: Tertib, Konsekuen, Hemat, Bersahaja, Santun, Jujur, Religius”. Buku ini mengajak kita menyelami pribadi seorang negarawan sejati yang dapat menjadi panutan dalam membangun karakter diri dan bangsa di era modern.
Semoga bermanfaat